Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Pengertian kurikulum Pendidikan Agama Islam
Pada mulanya orang islam mengannggap kurikulum hanyalah sekumplan mata pelajaran yang diajarkan kepada sisiwa. Pengertian sempit ini tidak hanya dianut oleh orang islam, orang barat pun pernah menganut pandangan ini. Kemudian Orang barat memperluas pengetian kurikulum. Ketika konsep-konsep barat itu memasuki dunia islam pada akhir abaf ke-19, dan sudah banyak pula muslim yang mengambil spesialisasi dalam bidang pendidikan modern, maka mulailah muncul kecaman terhadap pengertian kurikulum dalam dalam arti sempit yang masih dianut ketika itu, misalnya oleh Universitas Al-Azhar, Universitas Azzaituna di Tunisia, dan Universitas Al-Qurawiyyin di Maroko.
Diantara kecaman yang yang dilontarkan adalah sebagai berikut:
- Dalam kurikulum arti sempit itu dimasukkan semua pengalaman belajar yang diperoleh sisiwa di sekolah.
- Perhatian hanya terpusat pada penguasaan teori dan menghafal, kurang memperhatikan pengembangan pengaplikasian teoriteori dan hafalan itu.
- Terlalu memusatkan perhatian pada mempelajari hal-hal yang telah lalu dan menyiapkan murid berdasarkan masa lalu tersebut.
- Kurang memeperhatikan kesesuaian materi kurikulum dengan kemampuan, bakat, minat, dan kebutuhan siswa.
- Kurang menggugah kreatifitas siswa.
- Pelajaran kadang-kadang berbeda dari kenyataan-kenyataan yang dialami sisiwa.
- Kurang memperhatikan perbedaan individu siswa, kurikulum cenderung menyamaratakan siswa yang sebenarnya tidak sama.
- Tidak menggunakan pendekatan multidisiplin dalam memecahkan permasalahan.
Kecaman-kecaman ini diperhatikan oleh para pendidik , lantas mereka mulai mengubah pandangan mereka tentang kurikulum; mereka mengubah pandangannya kepada pandangan modern. Setelah mereka berubah, mereka berpendapat bahwa kurikulum pendidikan harus mencakup semua pengalaman siswa di sekolah dan di bawah pengawasan sekolah. Menurut Al-Syaibann, kurikulum pendidikan Islam seharusnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan akhlak. Agama dan akhlak itu harus diambil dri Al-Qur’an dan Hadist serta contoh-contoh dari tokoh terdahulu yang saleh.
- Kurikulum pendidikan islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal dan ruhani. Untuk pengembangan menyeluruh ini kurikulum harus bersisi mata pelajaran yang banyak, sesuai dengan tujuan pembinaan setiap aspek itu. Oleh karena itu, di perguruan tinggi diajarkan mata pelajaran seperti ilmu-ilmu Al- Qur’an termasuk tafsir, dan qira’ah; ilmu-ilmu hadis termasuk musthalah al hadist; ilmu fiqh termasuk ushulfiqh; tauhid, filsafat, akhlak, nahwu, sharf, ‘arudl, linguistik termasuk fonologi, dialek, balaghah, bayan, dan kritik sastra; sejarah islam riwayat tokoh, ilmu alam, kimia, obat-obatan, pengobatan, pembedahan, menggambar, ketrampilan dan sebagainya. Sebagai akibatnya, bidang studi yang seharusnya masuk kurikulum pendidikan islam sangat banyak. Banyaknya bidang studi ini, ditambah dengan adanya kebebasan ilmiah, melahirkan banyak sarjana ensiklopedis yang terkenal karena luasmya pengetahuan mereka seperti Al kindi, Al-farabi, ibn Sina, ibn Rusd, Al-Ghazali, dan Ibn Khaldun.
- Kurikulum pendidikan islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat; jasmani, akal dan ruhani manusia. Keseimbangan itu tentulah bersifat relatif karena tidak dapat diukur secara objektif.
- Kurikulum pendidikan islami memperhatikan juga seni halus, yaitu ukir, pahat, tulis indah, gambar dan sejenisnya. Selain itu memperhatikan juga pendidikan jasmani, latijan militer, teknik, ketrampilan, dan bahasa asing sekalipun semuanya ini diberikan kepada perseorangan secara efektif berdasar bakat, minat dan kebutuhan.
- Kurikulum pendidikan islam mempertimbangkan perebdaan-perbedaan kebudayaan yang sering teradapat di tengah manusia karena perbedaan tempat dan juga perbedaan zaman.
Kurikulum dirancang sesuai dengan kebudayaan itu. Al-Abrasyi memberi judul untuk bab kurikulum dalam bukunya dengan ‘’ prinsip yang dipertimbangkan dalam menyiapkan kurikulum pendidikan Islam’’. Jadi, ia hanya mengemukakan prinsip-prinsip. Menurut Al-Abrasyi, dalam merencenakan kurikulum pendidikan islam seharusnya dipertimbangkan prinsip-prinsip berikut.
(1) Harus ada mata pelajaran yang ditunjukkan mendidik ruhani atau hati. Ini berarti perlu diberikan mata pelajaran ketauhidan. Al farabi, sang filosof, telah menempatkan ilmu ketuhanan sebagai pengetahan tertinggi; pengetahuan lainnya hanyalah berfungsi sebagai penyerta pengetahan tertinggi tersebut. Ada sarjana lain yang berpendapat bahwa pengetahuan ketuhanan merupakan pengetahuan tertinggi, matematika merupakan pengetahan menengah, dan fisika merupakan pengetahan terendah. Al-Namiri Al-Qurtubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama membagi pengetahuan (ilmu) menjadi tiga tingkatan, yaitu, pengetahuan tertinggi, pengetahuan menengah, dan pengetahuan terendah. Ilmu tertinggi adalah ilmu ketuhanan, ilmu menengah adalah ilmu pengetahuan menganai dunia seperti kedokteran dan ilmu ukur, sedangkan pengetahan terendah adalah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam ketrampilan, keseinian, renang, menunggang kuda, menulis indah. Para filosof Muslim berpendapat bahwa ilmu-ilmu keagamaan adalah ilmu tertinggi, dan siswa yang mempelajari ilmu ini hendaknya tidak mempunyai tujuan-tujuan kebendaan. Al-Ghazali membagi pengetahuan: menjadi tiga juga, yaitu pengetahuan tercela seperti sihir, pengetahuan dipuji seperti ilmu dan pengetahuan terpuji seperti pengetahan mengenai Allah.
(2) Mata pelajaran harus ada yang berisi tuntunan cara hidup, yaitu ilmu fikih dan ilmu akhlak. Ketinggian fikih tergambar dalam dialog berikut. Salah seorang murid imam Syafi’i berkata bahwa pada suatu hari ia bertanya kepada sang Imam tentang Ilmu tauhid. Imam menjawab singkat padat. Setelah ia mengajukan pertanyaan, imam berkata ‘’apakah engkau mau saya tunjukkan ilmu yang lebih baik?’’ ‘’Ya’’ jawab sang murid. Maka imam syafi’I berkata, ‘’mengenai ilmu tauhid ini bila engkau benar, engkau tidak akan diberi pahala, bila salah, engkau kafir.
Tukah engkau ilmu yang bila engkau benar engkau diberi pahala, bila salah engkau berdosa?’’ Sang murid bertanya ‘’ilmu apa itu?’’ ‘’Ilmu Fikih’’.
(3) Mata pelajaran yang diberikan hendaknya mengandung kelezatan ilmiah, yaitu yang sekarang disebt orang mempelajari ilmu untuk ilmu. Ilmu dipelajari untuk memenuhi rasa ingin tah yang ada pada setiap manusia.
(4) Mata pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara praktis bagi kehidupan; dengan kata lain, ilmu itu harus terpakai. Mantik manfaatnya adalah menghindarkan kita dari kekeliruan berpikir, ilmu hitung dan ilmu ukur berguna agar siswa terbiasa bersifat teliti dalam berfikir, berbicara, berbuat; ilmu fikih agar siswa mengetahui cara melakukan ibadah; nahwu bergua agar siswa terhindar dari kesalahan dalam menulis dan berbicara; ilmu kedokteran dipelajari agar bebas daripenyakit; mata pelajaran ketrampilan berguna bagi siswa dalam mencari penghidupan.
(5) Mata pelajran yang diberikan berguna dalam mempelajarai ilmu lain; yang dimaksud adalah ilmu alat seperti bahasa dan semua cabangnya (Ahmad Tafsir, 2013).
Ciri-ciri kurikulum Pendidikan Agama Islam
Di antara ciri-ciri Umum Kurikulum Pendidikan Islam dapat disebtkan secara ringkas sebagai berikut:
1. Ciri pertama
Menonjolnya tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode, alatalat dan tehniknya bercorak agama. Segala yang diajarkan dan diamalkan dalam lingkungan agama dan akhlak dan berdasara pada Al Qur’an, Sunnah, dan peninggalan orang-orang terdahulu yang saleh. Dan dimaksudkan dengannya mencapai tujuan-tujuan agama dan akhlak atau tujuan-tujuan kemanfaatan yang tidak bertentangan dengan agama dan akhlak.
2. Ciri kedua
Kurikulum yang benar-benar mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran-ajarannya adalah kurikulum yang luas dan menyeluruh dalam perhatian dan kandungannya. Disamping itu dia juga luas dalam perhatiannya. Ia memperhatikan perkembangan dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi peserta didik dari segi intelektual, psikologis, sosial dan spiritual. Di samping menaruh perhatian kepada pengembangan dan bimbingan terhadap aspek spiritual bagi pelajar, dan pembinaan aqidah yang benar padanya, menguatkan hbngan dengan tuhannya, menghaluskan akhlaknya, melalui kajian terhadapa ilmu-ilmu agama, latihan spiritual dan mengamalkan syiar-syiar agama dan akhlak islam.
3. Ciri ketiga
Kurikulum dalam pendidikan islam sebagaimana ia terkenal dengan menyeluruhnya perhatian dan kandungannya, juga menaruh perhatian untuk mencapai perkembangan yang menyeluruh, saling melengkapi, dan seimbang anatara orang dan masyarakat.
4. Ciri keempat
Kurikulum pendidikan islam cenderung pada seni-halus, aktivitas oendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan tehnik, latihan kejuruan, bahasa asing, sekalipun atasa dasara perorangan dan juga bagi mereka yang memiliki kesediaan dan bakat bagi perkara-perkara ini dan mempunyai keinginan untuk mempelajari dan melatih diri dalam perkara tersebut. Sebenarnya ciri-ciri ini tidak membawa perkara baru, tetapi hanya menguatkan dua ciri yang lalu, yaitu ciri-ciri menyeluruh dan keseimbangan.
5. Ciri kelima
Ciri –ciri kelima adalah berkaitan antara kurikulum dslam pendidikan islam dengan kesediaan peserta didik dan minat, kemampuan, kebutuhan, dan perbedaan-perbedaan perorangan diantara mereka. Juga berkaitan dengan alam sekitar budaya social dimana kurikulum tersebut dilaksanakan. Juga berkaitan dengan kebtuhan-kebutuhan dan masalah masyarakat islam yang selalu berkembang. Begitu juga dengan perkembangan, perubahan dan sifatnya selalu baru sesuai dengan tuntutan kehidupan yang selalu berkembang, berubah dan membaharui diri. Begitu juga dengan pertalian mata pelajaran, tugas-tugas dan perkembangannya yang logis sesuai dengan perkembangan yang terus menerus pada peserta didik (Hasan Langgulang,1998).
Tujuan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Adapun tentang perkara yang berhubungan dengan tujuan tujuan yang ingin dicapai oleh kurikulum pendidikan Islam, kami peracaya bahwa tidak perlu lagi kita tambahkan perkara baru kepada yang telah kita sebutkan tentang tujuan-tujuan tertinggi dan tujuan-tujuan umum pendidikan islam sebagai keseluruhan pada perkara yang pada dasarnya berhubungan dengan tujuan tujuan pendidikan islam. Sebab tujuan tujuan terakhir dan umum pendidikan islam adalah tujuan-tujuan yang meliputi kurikulum pendidikan ini dan segala seginya yang lain. Kurikulum sebagai suatau bagian dari proses pendidikan atau suatu unsur dari padanya tidak mempunyai tujuan-tujuan pendidikan sebagai keseluruhan.
Tujuan tujuan bahagian tidaklah keluar dari tujuan-tujuan keseluruhan, kalaupun berbeda maka perbedaan itu tidak lebih dari pada perbedaan dalam perincian dan pengkhsusan.
Berdasar pada ini dan sesuai dengan keterangan kita tentang tujuan-tujuan individual dan sosial pendidikan islam pada bab yang lalu, maka kurikulum pendidikan islam bertujuan memberi sumbangan untuk mencapai perkembangan menyelirih dan berpadu bagi pribadi peserta didik, membuka tabir tentang bakat0bakat dan kesedian-kesdiannya dan mengembangkan minatnya, kecakapan, pengetahuan, kemahiran dan sikap yang diingini, menanamkan pada kebiasaan, akhlak dan sikap yang penting bagi kejayaaannya dalam hidup dan kemahiran asas untuk memperoleh pengetahuan; menyiapkannya untuk memikul tanggungjawab dan peranan yang diaharpkannya dalam masayarakat; dan menngemangkan kesadaran agama, budaya, pemikiran, sosial dan politik pada dirinya.
Disamping itu dia juga bertujuan untuk memberi sumbangu bagi masyarakat islam, memperkuat pribadi islam yang berdiri sendiri; memelihara kebudayan dan peninggalannya dan mengembangkan serta membaharuinya terus menerus; mencapai kemajuan, perubahanyang diinginkan, kesatuan, kekuatan, keteguhan, kemuliaan, kebebasan dan kebebasan anggotanya; dan memenuhi kebutuhannya kepada tenaga-tenaga ilmiah, teknis, dan tenaga kerja trampil.
Disamping tujuan-tujuan umum bagi kurikulum dalam pemdidikan islam, ada lagi tujuan-tujuan umum dan tujuan pokok bagi tiap tahap dianatar tahap-tahap pendidikan dan bagi setiap macam pendidikan, bahkan bagi setiap ilmu dan mata pelajaran atau kursusu ataupun aktivitas yang terkandung dalama kurikulum. Tetapi tidaklah menjadi tujuan kita dalam kajian falsafah ini untuk berbicara tentang tujuan ini (Hasan Langgulung, 1998)
Ruang Lingkup Materi dalam Kurikulum PAI
a. Hubungan Manusia dengan Allah swt.
Hubungan vertikal anatar insan dengan khaliknya mendapat prioritas pertama dalam kurikulum ini, karena pokok ajaran inilah yang pertama-tama perlu ditanamkan kepada peserta didik. Tujuan kurikuler yang hendak dicapai dalam hubungan manusia dengan Allah swt. Ini mancakup segi keimanan, rukun islam, dan ihsan. Temasuk didalamnya membaca Al Qur’an dan menulis huruf Al-Qur’an.
b. Hubungan manusia dengan manusia
Aspek pergaulan hidup manusia dengan sesamanya sebagai pokok ajaran agama islamyang penting ditempatkan pada prioritas kedua dalam urutan kurikulum ini. Tujuan kurikuler yang hendak dicapai dalam kurikulum ini mencakup segi kewajiban dan larangan dalam hubungan dengan sesama manusia segu hak dan kewajiban di dalam bidang pemilikan dan jasa, kebiasaan hidup bersih dan sehat jasmani dan rohani dan sifat-sifat kepribadiannya yang baik.
c. Hubungan manusia dengan Alam
Agama islam banyak mengajarkan kepada kita tentang bagaimana alam sekitar, dan manusia diberi mandat oleh Allah swt. Sebagai khalifah di muka bumi. Manusia boleh menggunakan dan mengambil manfaat dari alam menurut garisgaris yang telah ditemtukan agama. Dalam kurikulum pendidikan agama islam yang sudah-sudah aspek ini dimasukkan:
Aspek hubungan manusia dengan alam mempunyai dua arti untuk kehidupan peserta didik:
1. Mendorong peserta didik untuk mengenal alam.
Selanjutnya mencintai dan mengambil manfaat sebanyak-banyaknya. Tentu dengan demikian secara tidak langsung mendorong mereka untuk ikut ambil bagian dalam pembangunan, baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat dan negara.
2. Dengan mengenal alam dan mencintainya, peserta didik akan mengetahui keindahan dan kehebatan alam semesta.
Hal yang demikian akan menambah iman mereka kepada Allah swt. Sebagi maha pencipta. Tujuan kurikuler yang hendak dicapai mencakup segi cinta alam dan turut serta dalam memelihara, mengolah dan memanfaatkan alam sekitar; sikap syukur terhadap nikmat Allah swt; mengenal hukum-hkum agama tentang makanana dan minuman. (Abu Ahmadi)
Sumber Bacaan
Ahmadi, Abu. 1986. Metode Khusus Pendidikan Agama. Armico, Bandung
Ahmadi, Abu. 1985. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Bandung: Armico.
Abu Ahmadi, Metodik Khusus, ibid, h.71-73.
Hasan Langgulang, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), h.489-512, h.534
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pt Remaja Rosdakaraya, 2013), h.97-100.
Tidak ada komentar untuk "Kurikulum Pendidikan Agama Islam"
Posting Komentar